
Dia merupakan seorang ikhwah yang iltizam terhadap din. Hafiz Al-Quran yang juga sangat bersemangat dalam menuntuni sunnah Nabi dan mendakwahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bolehlah disebut dia sebagai aktivis dakwah. Dengan cahaya ilmu dan amal yang menghiasi dirinya, maka tidak dapat dinafikan, pelbagai pujian mengalir untuknya. Keluarga, sahabat handai dan orang yang mengenalinya memujinya. “Soleh” , “zuhud” , “alim” dan berbagai sanjungan lain mereka sematkan untuknya.
Demikianlah keadaannya. Sehingga di suatu ketika dia mengenal internet, di sinilah perubahan itu bermula. Dia yang walaupun berlatar belakang dari sekolah biasa, namun sejak kenal dengan dakwah dan tarbiyah sudah mula menjaga jarak dari lawan jenis, bahkan terputus komunikasi antaranya dengan lawan jenis, kecuali bila darurat atau ada hajat yang perlu ditunaikan. Tatkala dia membuka dan menjelajahi dunia maya, terpanalah dia. Dia melihat dunia baru yang belum pernah dikenalinya sebelum ini.
Dia terpana menyaksikan interaksi antara (sebahagian) ikhwah dan akhwat di “dunia baru” ini. Jika hubungan antara (sebahagian) ikhwah dan akhwat terasa “dingin” di dunia nyata, namun di dunia maya, justru “kehangatan”lah yang terasa. Sekat yang selama ini membatasi pergaulan Ikhwah-akhwat dalam dunia nyata, seolah-olah tak teraba di dunia maya. Para ikhwah yang selama ini “kaku”, “kontrol macho” di hadapan akhwat, begitu juga sebaliknya, namun di dunia maya semua itu seakan tinggal cerita. Yang dia saksikan justru “keramahan”: saling menyapa, gurau senda dan saling berkongsi masalah. ”Pesona” seperti inilah yang dia saksikan hampir setiap hari di dunia maya. Terlihat “indah” memang. Namun, baginya “pesona” itu hanyalah fatamorgana yang menipu. Dia tak menghiraukannya. Dia tetap istiqamah dalam ilmu dan amalnya.