
Terkadang yang cantik sudah bertemu dengan yang tampan, tapi akhirnya cinta hanya sekerat jalan. Kenapa jadi sedemikian? Perhubungan cinta hanya sekadar atas dasar rupa paras? Rasulullah SAW ada bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad:
"Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli."
Cinta juga menuntut pengorbanan. Ada yang sanggup mengorbankan keluarga sendiri demi mengikut pilihan hati. Ada yang sanggup mengorbankan ‘study” untuk bersama kekasih hati. Ada yang sanggup mengorbankan maruah sendiri demi membuktikan cinta sejati. Ada yang sanggup mengorbankan jiwa demi meraih ketuanan cinta. Oh cinta.. Penanganmu hebat, membuat manusia gembira, tawa, bahagia, sedih, duka, lara, derita, gila dan sebagainya.
Hari ini penulis mengajak kita belajar cinta dari Abu Utsman, kisahnya ditulis oleh Imam Al Jauzi dalam salah satu kitabnya, Shaidul Khathir. Kisah cinta, rupa paras, pengorbanan, kesetiaan, kesabaran dan kebahagiaan.
Suatu saat, Abu Utsman dikejutkan dengan satu permintaan dari seorang wanita.
“Wahai Abu Utsman,” kata wanita itu, “Sungguh aku mencintaimu.”
Suasana hening sejenak. “Aku memohon, atas nama Allah, agar sudilah kiranya engkau menikahiku,” lanjutnya.
Lelaki yang bernama lengkap Abu Utsman An Naisaburi itu diam. Beliat terkejut sebentar dan terpaku tatkala mendengar perkataan wanita yang datang kepadanya itu. Ia tidak mengenal wanita ini dengan baik. Namun, tiba-tiba saja wanita ini datang menemuinya dan menyatakan rasa cintanya yang dalam kepadanya. Bahkan saat itu pula, atas nama Allah, wanita itu meminta pada Abu Utsman untuk menikahinya.
Abu Utsman diam. Memikirkan keputusan apa yang hendak diambilnya. Sebagai seorang pemuda, ia dihadapkan pada sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Sebuah keputusan yang mungkin akan dijalaninya selama lebih dari separuh usianya dan separuh imannya. Selama ini keluarganya senantiasa mendorongnya untuk segera meminang salah seorang wanita solehah di wilayah itu. Namun, ia selalu menolak dorongan dari keluarganya itu hingga hari ini. Maka, sampai sekarang ia masih juga membujang. Ia akan mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya, termasuk segala akibat dan kesan yang menyertainya.
Abu Utsman kemudian berkunjung ke rumah wanita itu. Ia mendapati orangtua si wanita adalah orang yang miskin. Namun, keputusannya tetaplah bulat untuk meminang si wanita yang datang menyatakan cinta kepadanya itu. Terlebih lagi kerana wanita itu memintanya untuk menikahinya. Ia menyaksikan kebahagiaan yang berlimpah pada raut wajah orangtua si wanita itu saat mendengar bahawa puterinya dipinang oleh Abu Utsman, lelaki yang berilmu, tampan, soleh, penyabar, setia, jujur, tulus, dan terhormat.
Mereka pun akhirnya selamat diijabkalbulkan.
Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya sang isteri itu meninggal dunia lima belas tahun kemudian. Namun, sejak malam pengantin mereka ada kisah yang baru terungkap setelah kematian sang isteri. “Ketika wanita itu datang menemuiku,” kisahnya, “Barulah aku tahu bahawa matanya juling dan wajahnya sangat jelek dan buruk. Namun, ketulusan cintanya padaku telah menambat hatiku. Aku pun terus duduk dan menyambutnya tanpa sedikit pun mengekspresikan rasa benci dan marah. Semua itu aku lakukan demi menjaga perasaannya. Walaupun aku bagai berada di atas panggang api kemarahan dan kebencian.”
Ah, kita jangan marah pada Abu Utsman yang mengharapkan isteri yang cantik dan sempurna, tetapi kemudian hanya mendapatkan isteri juling dan buruk wajah. Itu merupakan sisi manusiawi dari lelaki yang menginginkan kecantikan dan kesempurnaan sebagai pendamping hidupnya.
“Begitulah ku lalui lima belas tahun dari hidupku bersamanya hingga dia meninggal dunia,” demikian Abu Utsman melebarkan kisahnya. “Maka, tiada amal yang paling kuharapkan pahalanya di akhirat, selain masa-masa lima belas tahun dari kesabaran dan kesetiaanku menjaga perasaannya dan ketulusan cintanya.”
Luarbiasa! Cinta yang luarbiasa terbit dari insane yang luarbiasa. Apakah masih ada kualiti pemuda seperti Abu Utsman ini lagi di abad ke 21 ini? Begitu juga wanita mulia itu, beliau juga luarbiasa. Meskipun sang wanita itu tahu bahawa dia bermata juling, meskipun sia tahu bahawa sia hanya anak orang miskin, meskipun sia tahu bahawa dia bukan wanita berwajah cantik molek, tapi dia memperjuangkan cintanya untuk memiliki orang yang dicintainya itu. Ianya berhasil dan telah bersama mengharungi asam garam kehidupan berkeluarga selama lima belas tahun sehingga maut datang menjemputnya. Abu Utsman membuktikan bahawa ia adalah lelaki yang setia, tulus, sabar, dan senantiasa menjaga perasaan sang isteri yang demikian tulus mencintainya.
Itulah cinta! Cinta yang berpaksikan wahyu, cinta yang diasaskan oleh keimanan kepada Allah SWT. Ianya indah dan bahagia. Semakin indah kerana ianya disertai dengan pengorbanan, kesetiaan, kesabaran dan perjuangan.
Suatu hari ada seorang lelaki datang menemui Amirul Mu’minin Umar Al Khatthab dan berkata : “Saya sudah tidak lagi mencintai isteriku”.
Maka, Umar berkata : “Sesungguhnya sebuah rumah tangga itu tidak cukup dibangunkan berdasarkan cinta semata.”
Engkau benar wahai Amirul Mu’minin, memang tidak selamanya dengan cinta, namun ada pengorbanan, terdapat pengabdian serta ditemukan perjuangan.
Subahanallah...
“Ya Allah..., aku memohon kepada-Mu kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu, dan aku meminta amalan yang dapat menghantarkan aku kepada cinta-Mu.”
Hati yang dahulu rapuh berubah menjadi selembut air,
Perasaan di hati memang xdapat ditipu,
dari sakit menanamnya untuk tidak timbul,
lebih baik biarkan ia mengalir seperti aliran air di sungai,nescaya ia akan tenang dan tenteram. Dari Allah ia datang, Kepada Allah ia kembali..
ia bukan kebetulan, kerana dalam Islam, tiada istilah kebetulan.
Takdir.segalanya takdir!
#Istikharahlah dalam menentukan kerana Hanya Dia yang Tahu#
Pelihara hati selagi mampu memeliharanya ! Ingat!!! Perjalanan ini masih panjang...
#Jika belum siap untuk melangkah lebih jauh dengan seseorang,
maka cintailah dia dalam diam... =)
kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang dan hubungan yg tidak diredhai Allah SWT,
kau tak mahu merosak kesucian dan penjagaan hatinya.
karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu ..
menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merosak izzah dan iffahmu ..
karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH SWT. pilihkan untukmu ..
ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan ALi ??
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ..
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah ..
.............
karena dalam diammu tersimpan kekuatan ..
kekuatan harapan ..
hingga mungkin saja Allah SWT akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ..
bukankah Allah SWT tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya ??
dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam ..
jika dia memang bukan milikmu, roh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat..
biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu
menjadi rahsia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ..
"aku mencintaimu dalam diam, dengan isyarat yg tak kan pernah tertangkap oleh indera, aku tahu memiliki rasa ini adalah sebuah kesalahan, namun... aku dibuat tak berdaya oleh rasa ini, DIAM.. mnjdi caraku untuk mencintaimu..."
(Hamba Allah)
0 comments:
Catat Ulasan